Topeng
merupakan benda yang akrab dengan kehidupan manusia dengan rentang
waktu yang sangat panjang, yaitu sejak masa prasejarah hingga saat ini. Sifatnya
pun universal, hampir di semua belahan dunia mengenal topeng. Bahan
topeng pun bermacam-macam, mulai dari logam (emas, perak, perunggu),
kayu, kulit, tanah liat, bahkan batu. Lukisan warna-warni pada wajah
seseorang menurut beberapa ahli juga dapat dikategorikan sebagai topeng.
Artinya, topeng selalu dikaitkan dengan fungsi sebagai penutup wajah,
dengan alasan yang berbeda-beda, mulai dari religi, sosiologis, hingga
kesenian dan tontonan.
Pemakaian
topeng dalam konteksnya sebagai ritual dalam berbagai upacara-upacara
primodial di beberapa Suku Bangsa Indonesia mula-mula dimaksudkan untuk
menyembunyikan identitas pemakainya, agar tidak dikenal oleh peserta
upacara. Hal tersebut disebabkan pemakainya menjadi perantara antara
dunia roh dengan manusia. Kehadiran roh nenek moyang dalam topeng
berarti pemulihan hubungan kedua dunia tersebut. Pada masa prasejarah,
topeng berfungsi sakral dan digunakan sebagai sarana dalam pemujaan
terhadap roh/arwah nenek moyang. Upacara ritual pada masa prasejarah
berkaitan dengan topeng atau kedok adalah pemujaan, upacara kesuburan,
dan upacara kematian atau penguburan. Bukti-bukti arkeologis tentang
topeng atau kedok pada masa prasejarah antara lain berupa hiasan pada
tempayan, kendi, nekara, kapak perunggu, kalamba, dan lukisan pada
dinding gua (batu cadas). Kesemuan penggambaran topeng tersebut erat
kaitannya dengan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Sebagai bekal
kubur, topeng selain sebagai simbol perubahan identitas dari manusia
biasa menjadi roh yang dipuja, juga sebagai lambang keabadian sehingga
dipercaya tetap hidup bersama masyarakat yang ditinggalkan. Oleh karena
itu, sosok yang dikubur dengan dibekali topeng apalagi dari emas, tentu
saja merupakan tokoh yang sangat terpandang dan berpengaruh, bahkan
mungkin seorang pemimpin suku atau kelompok.
Selanjutnya
bukti arkeologis pada masa pengaruh Hindu-Buddha, topeng disebutkan
dalam prasasti dan diwujudkan dalam relief, kala pada gerbang candi, dan
topeng dari emas, kayu, kulit binatang, tanah liat, dan batu. Pada masa
Hindu-Buddha ini fungsi topeng lebih beragam tidak semata difungsikan
sakral sebagai bagian dari upacara ritual saja, namun lambat laun
difungsikan dalam seni pertunjukan sebagai tontonan yang bersifat
sekular. Meskipun demikian ciri-ciri ritualnya tidak seluruhnya hilang.
Perkembangan tersebut terus berlangsung sampai pada masa tumbuhnya
kerajaan Islam. Topeng tetap berkembang baik dari teknologinya maupun
fungsinya. Pada masa awal tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam, topeng juga
digunakan sebagai sarana ritual utamanya berkait dengan cerita-cerita
Topeng Panji. Selain fungsi sebagai tontonan dan tuntunan yang lebih
bersifat sekular berkembang pesat.
Selama
manusia masih berkarya, berkarsa, dan mencipta, topeng tidak akan
pernah berhenti berkembang. Topeng identik dengan watak dan karakter
manusia, sebab pada dasarnya topeng adalah manusia itu sendiri. Dalam
topeng tersimpan berbagai watak manusia, baik buruk, dan warna warni
wajah yang terpancar sebagai luapan emosi manusia. Karenanya
perkembangan topeng, pada dasarnya tidak akan mati ditelan ruang dan
waktu. Topeng merupakan misteri dan keunikan yang bertahan dan kekal.
Meskipun terjadi pergeseran fungsi dari sakral menjadi sekular dan
kembali ke sakral, begitu seterusnya namun secara tegas batas itu tidak
dapat ditentukan. Pada saat sekarang inipun perkembangan topeng terus
berlangsung baik dari segi teknik pembuatan, fungsi, maupun kreativitas
seniman. Perkembangan fungsi topeng dewasa ini pun pada suku-suku etnis
di negeri tercinta ini, ada yang masih kental juga dengan ritual dan
kemagisan. Dalam teknik pembuatan pun, topeng memerlukan rangkaian
ritual yang tidak dapat dilakukan pada sembarang orang dan sembarang
waktu.
Kreativitas
para seniman pun tidak pernah berhenti dalam mengembangkan teknologi
dan fungsi topeng. Di luar tujuan ritual, topeng berkembang menjadi
sangat pesat berkait dengan pertunjukan dan tontonan. Dari tarian dengan
iringan musik baik tradisional maupun modern, pertunjukan kreasi baru,
film, sampai pada mainan topeng dikreasi sedemikian rupa. Masih terlalu
banyak kreasi yang dapat dikembangkan berkaitan dengan topeng yang pada
dasarnya menutupi identitas sebenarnya pemakai topeng. Namun, fungsinya
yang menutupi identitas pemakai, topeng dapat disalahgunakan dalam
kejahatan. Karenanya buka dulu topengmu untuk menampilkan siapa diri
sebenarnya, itulah makna topeng sebagai alat penutup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar